Siapa suruh
datang kekota? memang tak perlu dipertanyakan lagi, sedari dulu juga sudah
banyak kaum urban yang mencari nafkah dikota. Urbanisasi menjadi harapan
yang pasti dan takdir. ada segelintir orang miskin datang kekota menjadi kaya
dan semakin kaya, ada yang miskin datang kekota tambah miskin, ada yang kaya
dengan segala modal dan ambisi datang kekota menjadi kaya dan tambah kaya, ada
juga yang kaya datang kekota menjadi miskin.
Kota memang
terasa menggiurkan untuk dikunjungi, tak lain dengan segala ambisi dan tekat
inngin menggantungkan hidupnya. Salah satunya Jakarta, yang notabenya sebagai
ibukota, perputaran uang dijakarta mencapai 60% dari pertukaran uang di
Indonesia. Hal ini menjadi akar dali segala factor. Selain factor itu ada
factor pendorong lain yang membuat
mereka datang ke Jakarta. Dari mulai merasa tidak cocok dengan budaya tempat
asalnya, menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan didesa, ada yang
lahan pertanianya semakin sempit dan juga banyak yang ingin mewujudkan impian
menjadi orang kaya dikota.
Banyak
tradisi urbanisasi karena adanya sanak keluarga dari kota yang pulang
kekampunya dan membawa uang dari kota beserta kisahnya. ceritanya dari kota pun
memaksa mereka terpanggil untuk datang ke kota. Fenomena ini akan terjadi dalam
waktu lama dan berkelanjutan. Pada akhirnya anak muda lebih suka merantau
mengadu nasip dijakarta.
Mungkin
kita perlu mempertanyakan kepeda pemerintah tentang kebijakan perekonomian
pedesaan. Desa yang seolah-olah tidak terurus, kendati desa sebagai ikon
pertanian. Tetapi desa hanya berfungsi sebagai tempat berkumpul keluarga disaat
musim mudik tiba, tempat berkumpulnya para petani yang minim kreatifitas dan
inofasi. Penghasilan petanipun semaki menurun dari tahun ke tahun. Hal ini
menyebabkan gairah bertani orang desa pun ikut menurun. Sementara itu
diperkotaan terus berkembang pada sector industrinya, tak heran juga jika
pertumbuhan dikota semakin pesat.
Ketimpangan
kebijakan antara kota dan desa seperti ini yang perlu kita pertanyakan. Sampai
kapan desa terus tak terurus ?
Mungkin
pemerintah harus menciptakan kebutuhan masyarakat pedesaa, baik itu pendidikan
kewirausahaan, pengembangan sector pertanian daerah, maupun melakukan revolusi
pertanian yang inovatif dan kreatif. Supaya pertanian tidak dipandang sebelah
mata oleh pemuda desa yang terkesan ndeso menjadi petani.
Pada
perkotaan sendiri terjadilah kepadatan dan kekumuhan. Pernah terdengar solusi
untuk mengurangi kekumuhan di jakarta. Dengan memulangkan orang mmiskin itu ke
kampungnya masing-masing. Lantas kenapa? belum cukup duitkah mereka untuk
menjadi kaya di ibu kota? atau belum cukup berhasil diibu kota sehingga
dipulangkan?
Sementara
orang kaya terus menumpuk kekayaan nya ditanah Jakarta tanpa pernah diusir pulang
kekampung nya. Bukankah mereka juga bukan asli orang Jakarta? tidaklah cukup
adil jika orang miskin berhemat ketat dijakarta untuk dikirim kekampung, lalu
diperlakukan seperti maling dan dikembalikan ke kampung masing-masing.
Bandung, 26 September 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar